ANGKA
penyabunan
Bilangan
Penyabunan dapat dipergunakan untuk menentukan bobot molekul minyak/lemak
secara kasar. Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai karbon pendek, akan
mempunyai bobot molekul (Mr) kecil, sedangkan minyak dengan rantai karbon
panjang akan mempunyai bobot molekul yang lebih besar. Minyak/lemak yang
mempunyai bobot molekul kecil akan mempunyai bilangan penyabunan yang besar dan
sebaliknya minyak dengan bobot molekul besar akan mempunyai bilangan penyabunan
yang relatif kecil.
Bilangan Penyabunan (Safonifikasi)
adalah banyaknya (mg) KOH yang dibutuhkan untuk mempersabunkan satu gram
minyak/lemak.
Adapun
cara penentuannya adalah: 5 gram minyak ditimbang dalam labu erlenmeyer 250 ml,
kemudian ditambahkan 50 ml larutan KOH 0,5 N beralkahol. Selanjutnya ditutup,
dan dilakukan pemanasan secara refluk mendidih selama 30 menit), yang bertujuan
untuk menghidrolisa dan mempersabunkan minyak/lemak Kemudian didingnkan dan
ditambah indikator PP 1 % sebanyak 5 tetes, selanjutnya sisa HCl ditetrasi
dengan menggunakan larutan HCl 0,5 N yang telah distandarisasi, sampai larutan
berwarna merah jambu atau tepat warna merah hilang. Lakukan perlakuan blanko,
dengan cara yang sama yaitu 50 ml larutan KOH 0,5 N beralkohol, langsung
tambahkan indikator PP 1 % dan ditetrasi dengan HCl 0,5 N sampai Titik Akhir
Titrasi Tepat warna merah hilang (merah Muda).
Dasar Analisa Bilangan Penyabunan (Metode Alkalimetri)
Mengenai
dasar analisa penetapan Bilangan Penyabunan lemak metode Alkalimetri yang
digunakan ada beberapa langkah/tahapan sebagai berikut:
1.Penimbangan sampel 1,5 – 5 gram
sampel ditimbang dalam labu erlenmeyer yang bersih dan bebas minyak/lemak
dengan teliti.
2.Hidrolisa/Penyabunan
Sampel yang telah ditimbang ditambah
50 ml larutan KOH 0,5 N beralkohol kemudian dipanaskan secara refluk selama 30
menit, tahapan ini bertujuan untuk menghidrolisa dan mempersabunkan
minyak/lemak.
3.Titrasi
Sisa KOH yang mempersabunkan
minyak/lemak didinginkan dan ditambah dengan larutan indikator PP 1 % sebanyak
5 tetes, lalu dititrasi dengan menggunakan larutan HCl 0,5 N yang telah
distandarisasi, sampai mencapai Titik Akhir Titrasi dari merah menjadi merah
jambu atau tepat warna merah hilang.
Lakukan
perlakuan blanko, dengan cara yang sama yaitu 50 ml larutan KOH 0,5 N
beralkohol, langsung tambahkan indikator PP 1 % dan ditetrasi dengan HCl 0,5 N
sampai Titik Akhir Tetrasi Tepat warna merah hilang (merah muda).
Rangkuman Materi
1.
Minyak adalah senyawa Ester tri glisirida yang terbentuk dari reaksi antara Alkanol
trivalen (Gliserol) dan Asam Lemak.
2.
Asam lemak penyusun minyak/lemak ada dua jenis yaitu Asam lemak jenuh dan asam
lemak tak jenuh.
3.
Asam lemak jenuh sebagian besar terdapat dalam bahan hewani, sedangkan asam
lemak tak jenuh terdapat dalam bahan nabati.
4.
Penyebab terjadinya rancidity adalah adanya asm lemak tak jenuh yang mengalami
adisi terhadap oksigen.
5.
Apabila minyak ditambahkan dengan basa kuat maka akan terbentuk Sabun
(Safonifikasi).
6.
Salah satu diantara parameter penentu mutu minyak adalah Bilangan Penyabunan.
7.
Langkah penetapan/analisa Bilangan Penyabunan adalah:
a. Penimbangan sampel
b. Hidrolisa/penyabunan dengan pemanasan
secara reflux
c. Pendinginan
d. Penitaran.
8.
Titik Akhir Titrasi yang digunakan sebagai kriteria penitaran sisa KOH terhadap
HCl adalah ditandai dengan perubahan warna dari merah ke merah jambu atau tepat
warna merah hilang.
9.
Apabila asam lemak penyusun dari minyak mempunyai bobot molekul kecil, maka
Bilangan Penyabunan menjadi besar dan sebaliknya apabila bobot molekul asam
lemak besar, maka Bilangan Penyabunan Kecil.
10.
Proses penyabunan dapat terjadi asam lemak jenuh (lemak dari bahan hewani )maupun
asam lemak tak jenuh (minyak dari bahan Nabati).
0 komentar:
Posting Komentar