Analisis Kadar Lemak Pada Bahan Pangan dengan Metode Ekstraksi Soxhlet
Lipida
adalah golongan senyawa organik yang sangat heterogen yang menyusun jaringan
tumbuhan dan hewan. Lipida merupakan golongan senyawa organik kedua yang menjadi
sumber makanan, merupakan kira-kira 40% dari makanan yang dimakan setiap hari.
Lipida mempunyai sifat umum sebagai berikut:
·
lidak
larut dalam air
·
larut
dalam pelarut organik seperti benzena, eter, aseton, kloroform, dan karbontetraklorida.
·
mengandung
unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen, kadang-kadang juga mengandung
nitrogen dan fosfor.
·
bila
dihidrolisis akan menghasilkan asam lemak
·
berperan
pada metabolisme tumbuhan dan hewan.
Berbeda
dengan karbohidrat dan protein, lipida bukan suatu polimer, tidak mempunyai
satuan yang berulang. Pembagian yang didasarkan atas hasil hidrolisisnya, lipida
digolongkan menjadi lipida sederhana, lipida majemuk, dan sterol.
A. Lipida Sederhana
Minyak dan
lemak termasuk dalam golongan lipida sederhana. Minyak dan lemak yang telah dipisahkan dari jaringan asalnya mengandung
sejumlah kecil komponen selain trigliserida, yaitu: lipida kompleks (lesitin,
sephalin, fosfatida lainnya, glikolipida), sterol yang berada dalam keadaan
bebas atau terikat dengan asam lemak, asam lemak bebas, lilin, pigmen yang
larut dalam lemak, dan hidrokarbon. Komponen tersebut mempengaruhi warna dan
flavor produk.
Lemak dan
minyak terdiri dari trigliserida campuran, yang merupakan ester dari gliserol
dan asam lemak rantai panjang. Minyak nabati terdapat dalam buah-buahan, kacang-kacangan,
biji-bijian, akar tanaman, dan sayur-sayuran. Dalam jaringan hewan lemak
terdapat di seluruh badan, tetapi jumlah terbanyak terdapat dalam jaringan
adipose dan sumsum tulang. Secara kimia yang diartikan dengan lemak adalah
trigliserida dari gliserol dan asam lemak. Berdasarkan bentuk strukturnya
trigliserida dapat dipandang sebagai hasil kondensasi ester dari satu molekul
gliseril dengan tiga molekul asam lemak, sehingga senyawa ini sering juga
disebut sebagai triasilgliserol. Jika ketiga asam lemak penyusun lemak itu sama
disebut trigliserida paling sederhana. Tetapi jika ketiga asam lemak tersebut tidak
sama disebut dengan trigliserida campuran. Pada umumnya trigliserida alam mengandung
lebih dari satu jenis asam lemak. Trigliserida jika dihidrolisis akan menghasilkan
3 molekul asam lemak rantai panjang dan 1 molekul gliserol. Reaksi hidrolisis
Lemak yang
sebagian besar tersusun dari gliserida asam lemak jenuh akan berwujud padat
pada suhu kamar. Kebanyakan lemak binatang tersusun atas asam lemak jenuh
sehingga berupa zat padat. Lemak yang sebagian besar tersusun dari gliserida
asam lemak tidak jenuh berupa zat cair pada suhu kamar, contohnya adalah minyak
tumbuhan. Lemak jika dikenakan pada jari akan terasa licin, dan pada kertas
akan membentuk titik transparan.
B. Lipida Majemuk
Lipida
majemuk jika dihidrolisis akan menghasilkan gliserol , asam lemak dan zat lain.
Secara umum lipida komplekss dikelompokkan menjadi dua, yaitu fosfolipida dan glikolipida.
Fosfolipida adalah suatu lipida yang jika dihidrolisis akan menghasilkan asam lemak,
gliserol, asam fosfat serta senyawa nitrogen. Contoh senyawa yang termasuk
dalam golongan ini adalah lesitin dan sephalin.
Glikolipida
adalah suatu lipida kompleks yang mengandung karbohidrat. Salah satu contoh
senyawa yang termasuk dalam golongan ini adalah serebrosida. Serebrosida terutama
terbentuk dalam jaringan otak, senyawa ini merupakan penyusun kurang lebih 7 %
berat kering otak, dan pada jaringan syaraf.
C. Sterol
Sterol
sering ditemukan bersama-sama dengan lemak. Sterol dapat dipisahkan dari lemak
setelah penyabunan. Oleh karena sterol tidak tersabunkan maka senyawa ini
terdapat dalam residu. Lebih dari 30 jenis sterol telah dijumpai di alam,
terdapat pada jaringan binatang dan tumbuhan, ragi, jamur, tetapi jarang
ditemukan dalam bakteri. Persenyawaan sterol yang terdapat dalam minyak terdiri
dari kolesterol dan fitostrerol. Senyawa kolesterol umumnya terdapat dalam
lemak hewani, sedangkan fitosterol terdapat dalam minyak nabati.
ANALISIS LIPIDA
A. Penentuan Kadar Minyak/Lemak
Penentuan kadar minyak atau lemak
suatu bahan dapat dilakukan dengan alat
ekstraktor Soxhlet. Ekstraksi dengan
alat Soxhlet merupakan cara ekstraksi yang efisien, karena pelarut yang
digunakan dapat diperoleh kembali. Dalam penentuan kadar minyakcatau lemak,
bahan yang diuji harus cukup kering, karena jika masih basah selain memperlambat
proses ekstraksi, air dapat turun ke dalam labu dan akan mempengaruhi dalam
perhitungan (Ketaren, 1986:36). Sebagai contoh adalah ekstraksi minyak dalam kemiri,
dengan prosedur sebagai berikut:
·
Timbang
15 gram kemiri, diiris-iris sampai lembut.
·
Selanjutnya
dibungkus dengan kertas saring bebas lemak, ujung atas maupun ujung bawah
ditutup dengan kapas bebas lemak.
·
Kemudian
masukkan ke dalam alat Soxhlet, masukkan pelarut petroleum eter sebanyak 60%
dari volume labu ekstraksi dan lakukan ekstraksi selama 1,5 jam.
·
Proses
ekstraksi selesai apabila petroleum eter sudah jernih. Ekstrak yang diperoleh
ditambah dengan natrium sulfat anhidrat, saring.
·
Kemudian filtrat didistilasi biasa, atau
petroleum eter diuapkan dengan evaporator berputar sampai semua petroleum eter
habis.
·
Kadar minyak dapat dihitung dengan rumus:
(B - A) 100
Kadar minyak (%) =
berat bahan (gr)
(B - A) 100
Kadar minyak (%) =
berat bahan (gr)
Keterangan:
A= berat labu kosong
B= berat labu dan ekstrak minyak
(gr)
C. Penentuan Bilangan
Penyabunan Minyak/Lemak
Penentuan bilangan penyabunan
meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pembuatan KOH alkoholis 0,5
N
Ditimbang
6 gram tablet KOH murni, dilarutkan dengan etanol 95% sampai volume 250 ml.
Larutan itu dibiarkan semalam dalam botol tertutup. Kemudian disaring dan
distandarisasi dengan HCl 0,5 N menggunakan indikator pp.
2. Standarisasi KOH alkoholis
0,5 N
Diambil 10
ml KOH alkoholis 0,5 N yang telah dibuat menggunakan pipet ukur, masukkan dalam
erlenmeyer. Titrasi menggunakan HCl 0,5 N menggunakan
indikator pp. Titrasi dilakukan tiga
kali (triplo).
3. Penentuan angka penyabunan
Timbang
0,5 – 1,0 gram minyak/lemak, masukkan dalam labu alas bulat volume 100 ml
Tambahkan 50 ml larutan KOH alkoholis 0,5 N yang sudah distandarisasi. Kemudian
direfluk dengan pemanas sampai larutan menjadi jernih ( + 1,5 – 2 jam). Setelah
refluk selesai dinginkan dan encerkan sampai 250 ml. Diambil 25 ml larutan
hasil pengenceran, titrasi menggunakan HCl 0,1 N menggunakan indicator pp.
Titrasi dilakukan tiga kali.
4. Perhitungan angka penyabunan
Misal:Berat
minyak/lemak yang ditentukan angka penyabunannya = W gram Untuk menitrasi 25 ml
larutan hasil penyabunan memerlukan=V ml HCL 0,1N
Maka: Untuk menitrasi 250 ml larutan
hasil penyabunan memerlukan:
= 250/25 x V ml HCl 0,1 N
= 10 x V x 0,1 ml HCl 0,5 N
0,5
= 2 V ml HCl 0,5 N
Volume KOH 0,5 N yang diperlukan
untuk penyabunan = (50 – 2 V ) ml Dalam setiap 1000 ml KOH 1 N terdapat = 56
gram KOH, maka dalam 1000 ml KOH 0,5 N terdapat = 28 gram KOH Maka dalam (50 –
2 V) ml KOH 0,5 N terdapat = (50 – 2V) x 28/1000 gram KOH W gram minyak/lemak
membutuhkan (50 – 2 V) x 28/1000 gram KOH Sehingga 1 gram minyak/lemak
membutuhkan =
(50 – 2 V) 28
x mgram KOH
1000 W
Analisis Kadar Lemak
Pada Bahan Pangan dengan Metode Ekstraksi Soxhlet.
Tujuan
Percobaan : Mengetahui kadar
lemak pada sampel bahan pangan melalui metode ekstraksi langsung dengan alat
soxhlet.
Prinsip Percobaan
: Lemak bebas
diekstraksi dengan pelarut non polar.Metode soxhlet yaitu lemak
yang terekstrasi dalam pelarut akan terakumulasi dalam wadah
pelarut (labu Soxhlet), kemudian dipisahkan dari pelarutnya dengan
cara dipanaskan dengan oven 105.
Pelarut akan menguap sedangkan lemak tidak karena titik didih lemak lebih
tinggi dari 105derajat celcius,
sehingga menguap dan tinggal dalam wadah. Lemak hasil ekstraksi kemudian ditimbang
beratnya lalu dihitung sehingga diperoleh kadar lemak dalam sampel.
Teori Percobaan
·
Lemak
Lipid
(dari kata yunani Lipos. Lemak) merupakan penyusun tumbuhan atau
hewan yang dicerikan oleh sifat kelarutannya. Terutama lipid tidak bisa larut
dalam air, tetapi larut dalam larutan non polar seperti eter (Hart, 2003).
Lemak
merupakan sekelompok besar molekul-molekul alam yang terdiri atas unsur-unsur
karbon, hidrogen, dan oksigen meliputi asam lemak, malam, sterol,
vitamin-vitamin yang larut di dalam lemak (contohnya A, D, E, dan K),
monogliserida, digliserida, fosfolipid, glikolipid, terpenoid (termasuk di
dalamnya getah dan steroid) dan lain-lain. Lemak secara khusus menjadi sebutan
bagi minyak hewani pada suhu ruang, lepas dari wujudnya yang padat maupun cair,
yang terdapat pada jaringan tubuh yang disebut adiposa (Poedjiadi, 1994).
Minyak/lemak
merupakan lipida yang banyak terdapat di alam. Minyak
merupakan senyawa turunan
ester dari gliserol dan asam lemak. Dalam berbagai makanan, komponen lemak
memegang peranan penting yang menentukan karakteristik fisik keseluruhan,
seperti aroma, tekstur, rasa dan penampilan.
Lemak
adalah makanan sumber energi yang paling efisien. Setiap gram lemak menyediakan
9 kalori energi, sedangkan karbohidrat dan protein memberi 4 kalori.
Kadar lemak total dalam
makanan perlu ditentukan karena:
• Faktor ekonomi
• Aspek legal (mematuhi
standar/aturan pelabelan nutrisi)
• Aspek kesehatan
(perkembangan makanan rendah lemak)
• Aspek kualitas (sifat
makanan tergantung kadar lemak total)
• Faktor proses (kondisi
proses tergantung kadar lemak total)
·
Ekstraksi
Soxhlet
Dalam
analisis lemak, sulit untuk melakukan ekstraksi lemak secara murni. Hal itu
disebabkan pada waktu ekstraksi lemak dengan pelarut lemak, seperti
phospholipid, sterol, asam lemak bebas, pigmen karotenoid, dan klorofil. Oleh
karena itu, hasil analisis lemak ditetapkan sebagai lemak kasar. Terdapat dua
metode dalam penentukan kadar lemak suatu sampel, yaitu metode ekstraksi kering
(menggunakan soxhlet) dan metode ekstraksi basah. Selain itu, metode yang
digunakan dalam analisis kadar lemak dapat menggunakan metode weibull. Prinsip
kerja dari metode weubull adalah ekstraksi lemak dengan pelarut nonpolar setelah
sampel dihidrolisis dalam suasana asam untuk membebaskan lemak yang terikat
(Harper et.al, 1979).
Prinsip
soxhlet ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya
sehingga terjadi ekstraksi kontiyu dengan jumlah pelarut konstan dengan adanya
pendingin balik. Soxhlet terdiri dari pengaduk atau granul antibumping, still
pot (wadah penyuling, bypass sidearm, thimble selulosa, extraction liquid,
syphon arm inlet, syphon arm outlet, expansion adapter, condenser (pendingin),
cooling water in, dan cooling water out (Darmasih, 1997).
Ekstraksi
dengan Soxhlet memberikan hasil ekstrak yang lebih tinggi karena pada cara ini
digunakan pemanasan yang diduga memperbaiki kelarutan ekstrak. Dibandingkan
dengan cara maserasi, ekstraksi dengan Soxhlet memberikan hasil ekstrak yang
lebih tinggi. Makin polar pelarut, bahan terekstrak yang dihasilkan tidak
berbeda untuk kedua macam cara ekstraksi (Whitaker 1915).
ALAT DAN BAHAN
Ekstraksi Soxhlet
Alat
|
Bahan
|
·
Kertas saring
·
Labu Lemak
·
Alat Soxhlet
·
Oven
·
Neraca analitik
·
Desikator
·
krustang
|
·
Sampel
·
Hexane
|
PROSEDUR PERCOBAAN
1.
Labu lemak di oven dan ditimbang.
2.
Sampel sebanyak 5 g ditimbang dan dimasukkan ke dalam selongsong
kertas saring.
3.
Selongsong dimasukkan ke dalam alat soxhlet ± 2 jam dan labu
lemak yang telah
diketahui bobotnya di pasang pada alat soxhlet.
diketahui bobotnya di pasang pada alat soxhlet.
4.
50 mL hexane dimasukkan ke dalam alat soxhlet.
5.
Sampel di ekstrak dengan pelarut hexana.
6.
Labu lemak dikeringkan dalam oven 1050C selama 30
menit, hingga aroma hexana tidak tercium.
7.
Labu didinginkan dalam desikator selama 15 menit.
8.
Labu lemak ditimbang.
HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
·
Hasil Pengamatan
% Lemak yang terkandung pada beberapa sampel
Kelompok
|
Sampel
|
% Lemak
|
Jumlah sirkulasi
I = 11.25 – 11.44
II = 12.25
III = 13.05
|
1
|
A
|
29,17
|
|
2
|
B
|
22,25
|
|
3
|
C
|
3,13
|
|
4
|
D
|
16,29
|
|
5
|
E
|
3,09
|
|
6
|
F
|
7,688
|
|
7
|
G
|
20,871
|
|
8
|
H
|
9,47
|
·
Perhitungan
W sampel
= 5,0003 g
W labu
kosong =
104,9786 g
W labu +
sampel = 106,0222 g
Pada percobaan
penentuan kadar lemak dalam suatu bahan pangan ini, digunakan metode ekstraksi
langsung dengan alat soxhlet (soxhletasi). Sampel yang digunakan pada percobaan
ini terdiri dari sampel A; B; C; D; E; F; G; dan H. Sampel pada kelompok 7
yaitu kue kuping gajah yang termasuk ke dalam kategori kue kering. Lemak yang
di analisis merupakan lemak kasar. Lemak kasar adalah campuran beberapa senyawa
yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut lemak (ether, petroleum
benzene, karbon tetra khlorida dsb). Pelarut
yang digunakan harus bebas dari air agar bahan-bahan yang larut dalam air tidak
terekstrak dan terhitung sebagai lemak dan keaktifan pelarut tersebut menjadi
berkurang.
Pada praktikum ini
dilakukan penetapan kadar lemak pada berbagai jenis sampel yang ada di pasaran
dengan menggunakan metode soxhlet (metode ekstraksi kering). Prinsip
soxhlet ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya
sehingga terjadi ekstraksi kontiyu dengan jumlah pelarut konstan dengan adanya
pendingin balik. Soxhlet terdiri dari pengaduk atau granul anti bumping, still
pot (wadah penyuling, bypass sidearm, thimble selulosa, extraction liquid,
syphon arm inlet, syphon arm outlet, expansion adapter, condenser (pendingin),
cooling water in, dan cooling water out (Darmasih, 1997).
Mekanisme
Soxhletasi
Sampel yang sudah
dihaluskan, ditimbang 5 gram dan kemudian dibungkus atau ditempatkan dalam
thimble (selongsong tempat sampel). Pelarut yang digunakan adalah hexane dengan
titik didih 60-80°C. Hexana digunakan karena lemak larut dalam pelarut organik.
Thimble (selongsong) yang sudah terisi
sampel dimasukan ke dalam soxhlet. Soxhlet disambungkan dengan labu dan
ditempatkan pada alat pemanas listrik serta kondensor. Alat pendingin
disambungkan dengan soxhlet. Air untuk pendingin dijalankan dan alat ekstraksi
lemak mulai dipanaskan (Darmasih, 1997).
Ketika pelarut dididihkan, uapnya naik melewati soxhlet menuju ke pipa pendingin. Air dingin yang dialirkan melewati bagian luar condenser mengembunkan uap pelarut sehingga kembali ke fase cair, kemudian menetes ke thimble. Prinsip ini merupakan prinsip kondensasi. Pelarut melarutkan lemak dalam thimble, larutan sari ini terkumpul dalam thimble dan bila volumenya telah mencukupi, sari akan dialirkan lewat sifon menuju labu. Proses dari pengembunan hingga pengaliran disebut sebagairefluks. Proses ekstraksi lemak kasar dilakukan selama 2 jam. Setelah proses ekstraksi selesai, pelarut dan lemak dipisahkan melalui proses penyulingan dan dikeringkan (Darmasih, 1997).
Labu lemak yang akan digunakan, sebelumnya harus di oven terlebih dahulu. Hal
ini bertujuan untuk menghilangkan kadar air atau lemak yang menempel pada labu.
Setelah di oven, labu lemak disimpan didalam desikator yang berisi silika gel.
Silika gel berfungsi sebagai penyerap air dan menyeimbangkan suhu labu lemak
agar dingin ketika penimbangan.
Setelah proses soxhletasi selesai, maka labu lemak harus dikeringkan didalam
oven 1050C selama 30 menit hingga aroma hexana tidak tercium. Pada
sampel kuping gajah, lemak yang terbentuk adalah lemak cair dan memiliki aroma
khas lemak.
Berdasarkan perhitungan, diketahui bahwa kadar
lemak kue kuping gajah adalah20,871 %.
Hal ini dapat disebabkan dari bahan dan proses pembuatan kue kuping gajah yang
digoreng, sehingga kadar lemak yang diperoleh besar.
Kadar lemak yang
diperoleh dengan yang berdasarkan Nutrition Fact sangat jauh lebih rendah yaitu
sekitar 6,9% (TKPI, 2008) . Hal ini kemungkinan karena proses ekstraksi yang kurang
maksimal, banyaknya sirkulasi 3 kali. Faktor-faktor yang
mempengaruhi laju ekstraksi adalah tipe persiapan sampel, waktu ekstraksi,
kuantitas pelarut, suhu pelarut, dan tipe pelarut.
DAFTAR PUSTAKA
Darmasih. 1997. Prinsip Soxhlet.
peternakan.litbang.deptan.go.id/user/ptek97-24.pdf. (diakses pada tanggal 28
Januari 2012).
Harper, V. W Rodwell, P. A Mayes. 1979. Biokimia.
Penerbit EGC: Jakarta.
Mahmud, Mien K. 2008. Tabel
Komposisi Pangan Indonesia. PT Elex Media Komputindo.
Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi. 2010. Prosedur
Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty, Yogyakarta.
Whitaker, M.C. 1915. The Journal of Industrial
and Engineering Chemistry. Easton: Eschenbach Printing Company
Anwar, Chairil, dkk. (1996). Pengantar Praktikum Kimia
Organik. Jakarta:
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, DIKTI.
Delvin, M. Thomas. (1992). Textbook of Biochemistry, with Clinical Correlation. New
York:Willey-Liss
Harper, H.A. (1980). Review of Physiological
Chemistry, diterjemahkan
oleh Martin
Muliawan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Ketaren, S. (1986). Pengantar Teknologi Minyak
dan Lemak Pangan.
Jakarta: UI-Press.
mba perhitungan %kadar lemaknya ga pake faktor gavimetri atau pake ?